Jakarta — Dalam langkah tegas yang menunjukkan komitmen pttogel terhadap pelestarian budaya lokal, Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta, Heru Budi Hartono melalui Sekretaris Daerah (Sekda) DKI Jakarta, Joko Agus Setyono, dan didukung oleh Menteri Sekretaris Kabinet (Seskab) Pramono Anung, mewajibkan penggunaan busana adat Betawi dalam setiap pelantikan pejabat di lingkungan Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta.
Instruksi tersebut menjadi simbol kuat bahwa Jakarta, yang baru saja bertransformasi statusnya dari ibu kota negara menjadi daerah khusus, tetap ingin menanamkan identitas dan jati diri kedaerahan yang khas dan otentik, salah satunya melalui pakaian adat.
baca juga: respons-kimberly-ryder-ditawari-hotman-paris-jadi-aspri-tak-disangka-begini-jawabannya
Busana Betawi Jadi Wajah Resmi Jakarta
Dalam pernyataannya, Pramono menekankan bahwa pelantikan pejabat di Jakarta bukan hanya sekadar seremoni formal, melainkan juga momentum memperlihatkan wajah budaya ibu kota kepada publik. Penggunaan busana Betawi dinilai sebagai bentuk penghormatan terhadap akar budaya asli Jakarta.
“Jakarta ini sekarang punya status baru sebagai Daerah Khusus Jakarta. Kita ingin kota ini punya simbol yang kuat, yang membedakan dari daerah lain, termasuk dalam urusan pelantikan pejabat. Pakaian adat Betawi harus jadi identitas yang melekat,” ujar Pramono dalam satu pertemuan resmi di Balaikota Jakarta.
Pakaian adat Betawi pria umumnya terdiri dari baju sadariah, celana komprang, sarung yang diselempangkan di bahu, dan peci. Sedangkan wanita memakai kebaya encim dengan bawahan batik khas Betawi. Tampilan ini bukan hanya menarik dari segi estetika, tetapi juga penuh nilai historis dan filosofi.
Langkah Strategis untuk Membangun Karakter Daerah Khusus Jakarta
Perubahan status Jakarta menjadi Daerah Khusus Jakarta (DKJ) setelah dipindahkannya Ibu Kota Negara ke Nusantara (IKN) membawa dampak signifikan dalam berbagai aspek pemerintahan. Salah satu fokus yang kini diperkuat oleh pemerintah daerah adalah pembangunan identitas lokal yang lebih kuat dan berkelanjutan.
Menurut Sekda DKI Jakarta Joko Agus Setyono, penggunaan busana Betawi merupakan salah satu strategi memperkuat identitas daerah dalam kerangka transisi menuju kota global dengan karakter budaya yang tetap terjaga.
“Kami ingin budaya Betawi tetap hidup, tidak hanya sebagai simbol, tapi juga sebagai bagian dari kehidupan birokrasi dan masyarakat Jakarta. Salah satunya ya dengan pakaian adat,” katanya.
Dukungan dari Budayawan dan Masyarakat Betawi
Kebijakan ini mendapat sambutan hangat dari para tokoh adat dan budayawan Betawi. Ketua Lembaga Kebudayaan Betawi (LKB), Zainuddin, menyebut kebijakan ini sebagai langkah monumental yang patut dijaga dan diteruskan.
“Sudah lama kami menanti adanya perhatian seperti ini. Pelantikan pejabat dengan busana Betawi bisa menjadi simbol bahwa pemerintah daerah tidak lupa akar budaya, meskipun sedang bertransformasi menjadi kota global,” ucapnya.
Selain itu, masyarakat Betawi juga merasa lebih dihargai karena eksistensinya diakui secara formal oleh pemerintah, bukan hanya dalam simbol atau festival tahunan, tetapi juga dalam struktur pemerintahan sehari-hari.
Bukan Sekadar Gimmick Seremonial
Meskipun kebijakan ini tampak seperti aspek seremonial, namun Pramono menegaskan bahwa hal ini bukan gimmick atau basa-basi belaka. Ini adalah bagian dari peraturan internal yang bersifat resmi dan wajib diikuti seluruh jajaran birokrasi DKI Jakarta.
“Kita ingin memberi contoh bahwa budaya daerah bukan untuk dipamerkan saat ada tamu asing saja, tetapi menjadi bagian dari tata laku kerja dan kebanggaan,” tegasnya.
Bahkan, ke depan, Pemprov DKI berencana mewajibkan penggunaan busana Betawi dalam acara-acara resmi lainnya, termasuk upacara hari besar nasional dan acara penyambutan tamu negara, demi memperkuat branding kultural Jakarta.
Penutup: Langkah Kecil untuk Dampak Besar
Penggunaan busana Betawi dalam pelantikan pejabat DKI Jakarta bisa jadi terlihat sederhana. Namun jika dilihat dari sisi dampaknya, kebijakan ini bisa menjadi fondasi kuat dalam membangun karakter Jakarta sebagai kota modern yang tetap berakar pada budaya lokal.
Langkah ini mencerminkan bahwa meskipun Jakarta sudah tidak lagi menjadi ibu kota negara, tetapi sebagai Daerah Khusus Jakarta, kota ini tetap harus punya kebanggaan dan jati diri. Dan itu dimulai dari hal-hal sederhana: cara berpakaian yang mencerminkan budaya aslinya.
sumber artikel: www.hungrypediaindo.com